GENERASI, SURABAYA – Rokok telah menjadi bagian dari kebutuhan gaya hidup masyarakat saat ini. Perkembangannya juga beragam, belakangan banyak yang mengkonsumsi rokok elektrik.
Muda, tua, lelaki, atau perempuan banyak yang merokok. Di samping sebagai gaya hidup, banyak kalangan mengatakan rokok berbahaya bagi kesehatan. Salah satunya adalah risiko kesehatan gigi dan potensi kanker rongga mulut. Mengapa ini bisa terjadi?
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2022) merilis dalam satu batang rokok terkandung lebih dari 4.000 jenis senyawa kimia, 400 zat berbahaya, dan 43 zat penyebab kanker. Hal tersebut yang menjadi penyebab berbagai penyakit sistematik seperti penyakit jantung, stroke, kanker paru-paru, dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi hingga pemicu kanker rongga mulut.
Studi dalam Jurnal Kesehatan Gigi berjudul “Merokok dan Efeknya terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut” yang ditulis oleh Ni Nengah Sumerti dari Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Denpasar yang bekerja sama dengan PPGI Provinsi Bali tahun 2023, menjelaskan bahwa sekitar 90% kasus kanker rongga mulut disebabkan oleh paparan tembakau. Temuan itu berkaitan dengan kandungan bahan kimia dalam rokok yang bersifat karsinogenik.
“Risiko dari efek merokok pada gigi dan mulut, para perokok mempunyai resiko 6 kali lebih banyak menderita kanker rongga mulut,” tulis penelitian itu.
Jurnal tersebut juga menunjukkan dampak buruk lain dari kebiasaan merokok terhadap kesehatan gigi. Perokok memiliki nilai indeks Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T) yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok. Hal tersebut terkait dengan penurunan produksi saliva akibat merokok.
Penelitian itu menjelaskan penyebabnya, ketika air ludah mengalami penurunan, otomatis mulut cenderung kering dan ketika mulut cenderung kering maka rentan untuk munculnya carries.
Selain itu, merokok juga menyebabkan akumulasi plak dan kalkulus pada permukaan gigi perokok yang akan lebih banyak dibandingkan bukan perokok. Merokok juga dapat menyebabkan penebalan atau perubahan warna pada lidah dan bau mulut yang sulit diatasi hanya dengan menyikat gigi atau menggunakan obat kumur.
Dentist and Dental Public Health Researcher, Amalia Ayu Zulfiana membenarkan jika kebiasaan merokok dapat menyebabkan berbagai efek lokal pada kesehatan gigi dan rongga mulut, seperti perubahan warna gigi, perubahan bau mulut yang tidak sedap, serta peningkatan risiko periodontal dibandingan dengan bukan perokok.
“Merokok dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan proses penyembuhan, serta menyebabkan peradangan pada gusi yang memperburuk kondisi periodontal,” tuturnya pada Kamis (13/6/2024).
Perihal hubungan merokok dengan peningkatan risiko terjadinya kanker rongga mulut terutama kanker lidah, bibir, dan rongga mulut bagian atas, Amalia menjelaskan bahwa mekanismenya adalah terdapat paparan zat-zat karsinogenik dalam rokok yang dapat merusak DNA sel-sel rongga mulut sehingga memicu pertumbuhan sel-sel kanker.
Dalam hal ini, intervensi atau tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam mencegah dan mengatasi dampak buruk merokok pada kesehatan gigi dan mulut menurut Amalia adalah dengan memberikan edukasi tentang bahaya merokok.
“Selain itu juga melakukan pemeriksaan rutin gigi dan rongga mulut, memberikan perawatan periodontal (seperti pembersihan karang gigi), dan melakukan pemutihan gigi,” ujarnya.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan angka merokok pada masyarakat adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang bahaya merokok melalui berbagai macam media kampanye edukasi digital atau non digital.
“Menerapkan kebijakan pembatasan iklan rokok, menyediakan layanan konseling dan dukungan untuk berhenti merokok, serta mengintegrasikan intervensi berhenti merokok ke dalam praktek dokter gigi,” pungkasnya.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa tembakau menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Jika tren ini berlanjut, angka kematian diproyeksikan mencapai 10 juta pada tahun 2030, dengan 70% kematian terjadi di negara berkembang.
Indonesia telah menjadi negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga di dunia. Mengambil contoh data prevalensi perokok di Provinsi Bali pada penelitian Dewi, Jirna, dan Adiatmika pada 2013, sebanyak 44% orang rata-rata menghisap sembilan batang rokok per hari, dan ditemukan jumlah yang paling tinggi di Kota Denpasar yaitu 10 batang per hari.
Dimas Kuswantoro (23) salah satu perokok aktif dari Surabaya, tidak mengetahui jika merokok dapat menyebabkan karies gigi dan penyakit infeksi gusi. Namun, ia mengakui jika memang giginya sudah terlihat sedikit keruh. Penting bagi Dimas untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut, sehingga dengan kesadarannya tersebut dia selalu rutin untuk menyikat gigi.
“Sejauh ini saya mengatasinya dengan menyikat gigi rutin dan mengunyah permen yang menghilangkan bau mulut, permen mint misalnya,” ucapnya pada Jum’at (7/6/2024).
Dimas juga berpendapat, jika mengetahui bahwa merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker rongga mulut, maka ia akan mulai mengatasi kebiasaan merokoknya dengan tepat. Dari yang biasanya merokok sebanyak 6 batang dalam satu hari, maka Dimas akan mulai mengurangi konsumsi rokok menjadi 1-2 batang saja per hari.(*)
Penulis: Rangga Prasetya Aji Widodo
Referensi:
Studi berjudul “Nicotine Addiction” yang ditulis oleh Allen Widysanto, Felton E Combest, Aayush Dhakal, dkk, pada 16 Mei 2018 melalui Europe PMC
Artikel berjudul “Epidemiologi Tobacco Use Disorder” yang ditulis oleh dr. Irwan Supriyanto pada Alomedika
Studi berjudul “Influence of Family Environment and Tobacco Addiction: A Short Report from a Post-Graduate Teaching Hospital, India” yang ditulis oleh Rohit Sharma, Natalia Martins, Arunabh Tripathi, dkk, pada 17 April 2020 melalui National Library of Medicine
Studi berjudul “Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Jumlah Sel Eritrosit dan Kadar Hemoglobin di dalam Darah pada Perokok Aktif” yang ditulis oleh Dewi, I.A.N, Jirna. I.N, Adiatmika, I.N.M. pada 2013 melalui The Jurnal of Medical Labotatory
Artikel berjudul “Kandungan dalam Sebatang Rokok” ditulis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2022 melalui P2PTM Kemenkes RI
Studi berjudul “Merokok dan Efeknya terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut” yang ditulis oleh Ni Nengah Sumerti pada 2016 melalui Jurnal Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar