GENERASI, SURABAYA – Belakangan, obesitas menjadi masalah kesehatan yang banyak diperbincangkan di dunia maya. Isu ini semakin penting lantaran pengguna media sosial menunjukkan tren peningkatan anak muda yang mengalaminya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, obesitas adalah kegemukan yang berlebihan. Berdasarkan artikel dari Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) menyatakan obesitas menjadi epidemi karena lebih dari sembilan juta orang meninggal setiap tahun akibat obesitas.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada remaja usia 13-15 tahun sebesar 16,0%. Sedangkan pada remaja usia 16-18 tahun sebesar 13,5%. Pada tahun 2023, laporan dari sumber yang sama menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada penduduk Indonesia yang berusia di atas 18 tahun adalah 23,4%. Ini meningkat dari 21,8% pada tahun 2018 atau lima tahun ke belakang.
Di balik angka yang terus meningkat, salah satu faktor tingginya prevalensi obesitas pada remaja adalah pola makan. Pola makan yang tidak sehat. Para remaja saat ini senang mengkonsumsi jenis makanan dan minuman yang tinggi karbohidrat dan gula. Terlebih bahannya mudah didapatkan dan murah.
Jurnal berjudul “Hubungan Antara Frekuensi Konsumsi Mie Instan dan Minuman Soda dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja” di Borneo Student Research menunjukan bahwa konsumsi mi instan secara wajar tidak mengakibatkan obesitas. Nah, namun sebanyak 40% responden yang mengkonsumsi mi instan lebih dari 4 kali dalam seminggu mengalami obesitas.
Konsumsi mi instan yang berlebihan dapat menyebabkan kelebihan asupan energi, sehingga berpotensi meningkatkan risiko obesitas. Makanan yang mengandung gula tinggi meningkatkan asupan energi dan berdampak pada peningkatan berat badan.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Anti Amelia dan Purwo Setiyo Nugroho dari Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur pada 2021 itu sejalan dengan penelitian Hatta (2019). Penelitian sebelumnya itu tidak menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi konsumsi fast food dengan status gizi pada remaja.
Mungkin apa yang dilakukan Gita Tiara (18), seorang pelajar dari SMA Negeri 1 Singosari bisa ditiru. Ia sedari awal mengetahui bahwa konsumsi mi instan dan minuman soda yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas. Oleh karena itu, ia menahan diri untuk mengkonsumsi secara berlebihan.
Jikapun ia terpaksa harus mengkonsumsi, jumlahnya cukup sewajarnya. Gita tidak ingin bertaruh dengan kesehatannya yang berakibat abai terhadap potensi obesitas. “Mungkin dua kali seminggu atau bahkan tidak sama sekali dalam seminggu. Saya mengkonsumsi mi instan dan minuman soda jika sedang kepengin,” ucapnya pada Selasa (22/7/2024).
Dengan cara menjaga pola yang wajar itu, Gita mengaku tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang terkait dengan konsumsi mi instan serta minuman soda. Ia mencontohkan seperti tidak ada kenaikan berat badan dan gangguan pencernaan. Cara lain yang dilakukan Gita untuk menghindari konsumsi gula berlebihan adalah mengkonsumsi makanan yang sudah disiapkan oleh ibunya.
“Selain itu, saya sering berjalan kaki karena merasa aktivitas yang saya lakukan setiap harinya butuh penyeimbang agar dapat dikatakan cukup ideal, entah dari makanan atau pola istirahat,” ujarnya.
Koordinator Program Studi S1 Gizi Universitas Malang, Zahra Anggita Pratiwi menjelaskan jika sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa ada hubungan signifikan antara konsumsi mi instan berlebihan dan minuman soda terhadap kejadian obesitas pada remaja. Hal ini dikarenakan kandungan kalori yang tinggi pada mi instan, yaitu 300-400 kalori.
“Kalau mengkonsumsi mi instan itu secara berlebihan, otomatis bisa menyebabkan surplus kalori, yang lama kelamaan akan menumpuk menjadi lemak tubuh,” tuturnya.