GENERASI, SURABAYA – Generasi Z tumbuh bersama kemajuan teknologi. Kehidupan mereka telah dipengaruhi teknologi yang terus berkembang pesat. Salah satu elemen teknologi yang paling dekat dengan kehidupan generasi Z adalah media sosial.
Penelitian Wearesocial Hootsuite menjabarkan bahwa pada Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Media sosial yang banyak digunakan yaitu Facebook, WhatsApp, Instagram, Telegram, dan jenis aplikasi berbasis internet lainnya. Tidak menutup kemungkinan jumlahnya terus bertambah hingga saat ini.
Melalui aktivitas sosialnya di media sosial, Generasi Z juga secara tidak langsung memiliki pengaruh di tengah masyarakat. Dampak positif media sosial bagi Generasi Z adalah kemudahan akses informasi.
Namun di sisi lain, terdapat dampak negatif yang bisa menyebabkan remaja menjadi malas. Ini dikarenakan mereka menghabiskan waktu bermain media sosial. Selain itu, mereka jadi tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Peluang degradasi moral kemungkinan besar bisa terjadi karena sedikitnya interaksi sosial di kehidupan nyata.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Amalia Nurul Muthmainnah mengatakan bahwa degradasi moral akan menciptakan stigma negatif terhadap penggunaan teknologi. Dalam Ilmu Komunikasi, hal ini merupakan sudut pandang yang sangat technological deterministic, sudut pandang tersebut selalu muncul ketika adanya transisi media, sehingga memunculkan kepanikan moral.
“Kita melihat bahwa kita dipengaruhi oleh teknologi, seolah-olah tidak punya kuasa untuk menentukan apa yang mempengaruhi kita dari teknologi yang kita gunakan,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa terdapat teori bernama Uses and Gratification. Pengguna media memiliki kuasa untuk menentukan kecocokan media dan memenuhi kebutuhan media dari pilihan masing-masing. Sehingga, tidak ada patokan mengenai penggunaan media sosial yang benar atau tidak benar.
“Yang bisa kita lakukan, yaitu memaksimalkan opportunities, peluang-peluang yang ditawarkan oleh media sosial, yang kemudian bisa menciptakan kebermanfaatan bagi kita, menciptakan benefit, sekaligus kita bisa meminimalisir resiko,” tuturnya.
Amalia berpendapat mengenai cara mengatasi dampak negatif dari media sosial adalah dengan berhenti mengasumsikan generasi Z sebagai digital native. Harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang edukatif. Ia mengingatkan bahwa beban dari dampak media sosial tidak hanya diletakkan pada Generasi Z sebagai user atau pengguna, tanggung jawab dari platform media sosial perlu ditingkatkan.
“Setiap keputusan kita, kecil atau besar, dipengaruhi oleh informasi yang dikonsumsi sehari-hari. Maka, ketika isi media sosial ialah hal-hal negatif, itu akan mempengaruhi karakter generasi Z. Padahal, Indonesia masih di masa bonus demografi,” pungkasnya.
Studi dalam jurnal Nautical berjudul “Pengaruh Media Sosial terhadap Degradasi Moral Generasi Z” tahun 2023, yang dikerjakan Asyifa Nurul Liah, Fajar Sidik Maulana, Giva Nur Aulia, Salfa Syahira, Sofi Nurhaliza, Rama Wijaya Abdul Rozak, dan Nisrina Nurul Insani dari Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa konten-konten dan informasi yang disajikan pada media sosial menjadi salah satu penyebab terjadinya degradasi moral pada Generasi Z.
“Adanya ketergantungan Generasi Z terhadap media sosial, kurangnya penyaringan terhadap konten yang disajikan pada media sosial, dapat menyebabkan memudarnya budaya malu dan hilangnya sopan santun pada sebagian dari Generasi z,” tulis hasil penelitian itu di halaman 71.
Penelitian juga menunjukkan bahwa Generasi Z menghabiskan waktu mereka untuk menggunakan media sosial dengan berbagai variasi waktu, mulai dari 1 jam hingga 20 jam per hari. Sebagian Generasi Z mengatakan bahwa media sosial sangat penting bagi mereka, sehingga memakainya secara berlebihan.